Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah maka ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Saturday 18 August 2012

Telaah ungkapan "Minal Aidin Wal Faizin"

Tak terasa bulan ramadhan ini akan berlalu dan tidak akan kembali di tahun ini. Habis ramadhān terbitlah lebaran. Namun di saat lebaran ini, ada suatu kebiasan penduduk Indonesia yang Insya Allah تعالى  akan kita bahas agar kita tidak mengatakan sesuatu ikut-ikutan dan mengatakan sesuatu dengan ilmu.

Ucapan ”Minal Aidin wal Faizin - Mohon Maaf Lahir dan Batin” sering terdengar di masyarakat kita ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri. Karena terlalu seringnya terdengar, seolah-olah melekat dibenak kita arti dari "Minal Aidin wal Faizin" adalah mohon maaf lahir batin. Secara harfiah arti ungkapan "Minal Aidin wal Faizin" adalah (semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang. Entah sejak kapan dan apa yang menjadi dasar ucapan “Minal Aidin wal Faizin” ini telah menjadi “ucapan wajib” setiap Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Sampai saat saya menuliskan tulisan ini saya belum mendapat rujukannya.

Lalu, ucapan apa yang biasa Rasulullah SAW dan para sahabat RA ucapakan saat merayakan hari kemenangan ini? Sudah semestinya kita mengikuti sunnah-sunnah yang Rasulullah ajarkan bila kita mengaku sebagai umatnya. Hampir semua ucapan yang beredar tidak ada riwayatnya kepada Rasulullah kecuali ucapan "تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ" yang maknanya “semoga Allah تعالى menerima amal kami dan amal kalian (alias amal kita)”. Maksud menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan. Adapun jawaban ucapan itu adalah "تَقَبَّلْ يَا كَرِيْمُ" yang artinya "Terimalah Ya Allah Yang Maha Mulia!".

Ibnu Hajar berkata,  “Para sahabat Nabi bila bertemu pada hari raya, maka mereka akan saling berkata, "تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ" (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu). [Fatĥul Bārī : 2/446]

Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughnī” (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyād berkata, “Aku pernah bersama Abu Umāmah Al-Bāhilī dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi. Mereka bila kembali dari shalat `Id saling mengucapkan, "تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ".

Beberapa sahabat Nabi  menambahkan ucapan "صِيَامَنَا وَصٍيَامَكُمْ'', yang artinya "puasa kami dan puasa kalian (alias puasa kita)". Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah SAW, melainkan dari para sahabat RA. Kemudian, untuk ucapan "Minal Aidin wal Faizin" itu sendiri adalah salah satu ungkapan yang seringkali diucapkan pada Hari Raya Idul Fitri dan sama sekali tidak bersumber dari sunnah Nabi SAW, melainkan merupakan ‘urf (kebiasaan) yang ada di suatu masyarakat. Dalam hal ini sudah seharusnya kita yang mengaku sebagai umat Muhammad SAW, mengikuti sunnah-sunnah yang telah beliau contohkan kepada kita.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagi kalian yang mengharap (rahmat) Allah, (beriman terhadap) hari akhirat, dan banyak mengingat Allah. 

Lalu, apakah pengucapan “Minal Aidin wal Faizin” itu salah? Sepanjang pengetahuan penulis bukan salah namun kurang tepat, namun seyogyanya jika ingin mengucapkannya hendaknya dijaga makharijul huruf dari kalimat itu sendiri (Ingat, salah makhraj dapat mengubah huruf dan mengubah huruf dapat mengubah arti!) karena kalimat asli dalam bahasa arabnya adalah:

مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
***
Akhir kata, jika ada yang salah maka itu datang dari diri saya yang selaku manusia tempatnya salah dan lupa dan saya mohon untuk diperbaiki. Namun jika ada yang benar, maka itu datangnya dari Allah. Penulis yang selaku manusia yang suka berbuat salah meminta maaf sebesar-besarnya kepada pembaca jika ada hal yang mengganggu atau kurang berkenan.


تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
 صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ

Wednesday 15 August 2012

Ketika Allah تعالى Menunjukkan Kekuasaan-Nya di Gaza

Allah تعالى kembali menampakkan kekuasan-Nya melalui sebuah karamah kejadian ajaib. Perkara di luar nalar manusia. Setiap muslim hendaknya mencermati, mengambil pelajaran sebagai bekal menguatkan langkah dalam menjalani kehidupan.

Perang di Gaza juga demikian. Telah banyak ayat-ayat Allah تعالى terbukti. Karamah Allah تعالى turun untuk menolong orang yang membela agamanya. Itulah yang dialami oleh Mujāhidin Palestina, Para Syuhadā' Gaza. berikut ini sebagian data-datanya:


Kita awali dari Dr. Muawiyah Hassanein, Direktur Ambulan Darurat dan Departemen Kesehatan di Gaza menceritakan,

“Syuhadā' yang meninggal berhari-hari, bahkan berminggu-minggu masih meneteskan darah segar dari tubuhnya. Kami dan semua orang di sini sangat terkejut.”

سُبْحَانَ اللهِ

Syahid ‘Iyan berkata, “Saya menyaksikan orang yang gugur syahid tersenyum, meskipun kondisi tubuhnya hancur dan darahnya masih segar.”



Beberapa dokter dari Yordan yang menjadi relawan di Gaza memberi kesaksian. Dr. Hisam Az-Zighah memberi kesaksiannya di acara Festival Ikatan Dokter Yordan beberapa hari yang lalu. Ia  menunjukkan bukti kepada wartawan Hisam berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al-Quran serta buku kumpulan doa-doa, dan Hishnul Muslim (benteng seorang muslim, buku doa yang populer).

Saat itu seorang mujahidin datang yang menderita luka di rumah sakit As-Syifā’. Dokter-dokter tersebut melakukan pemeriksaan. Dokter itu dikejutkan dengan sepotong proyektil peluru yang ia temukan bersarang di saku pejuang tersebut.

Ada lagi pengakuan Abu Qudamah, salah seorang komandan lapangan Hamas di wilayah Timur Az-Zaitun, Kota Gaza, “Saya dan beberapa mujahidin mengintai tank-tank Israel. Kami berdoa agar Allah menurunkan tentara-Nya dari langit membantu kami. Mendadak turunlah awan tebal menyelimuti wilayah kami. Kami menyelinap di antara puluhan tank-tank itu tanpa diketahui oleh musuh. Anehnya tidak terlacak oleh pesawat-pesawat pengintai yang lalu-lalang di udara. Kami mampu meledakkan tangki tank-tank itu, akibatnya 5 tentara Israel tewas dan puluhan luka-luka.”

Ketika pesawat-pesawat Israel membombardir di salah satu kota Gaza, turunlah hujan lebat di wilayah itu saja. Pesawat-pesawat itu mengalami kendala terbang berjam-jam dan tidak bisa melanjutkan pembombardirannya.

Dua orang dokter berkebangsaan Yordania bertugas di Gaza sedang bercakap-cakap dengan sekelompok mujāhidin, “Kami sedang mengawasi gerak-gerik tentara Israel dari lantai dua, mereka ingin masuk ke dalam. Karena salah seorang mujahidin dari kami telah memasang ranjau di pintu masuk, meledakkalah ranjau itu bersamaan tewasnya tentara Israel. Mendengar serangan itu, tentara Israel yang lain mengepung bangunan kami, terjadilah pertempuran sengit sampai jam dua pagi. Jam dua kami ketiduran sampai jam lima pagi. Kami bangun untuk melihat situasi, ternyata tentara Israel telah hengkang.”


Syaikh Abu Bilal di perkemahan Rafah menuturkan,

وَلَا تَقُولُوا لِمَن يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
“Janganlah kalian mengira bahwa orang yang gugur di jalan Allah itu mati, mereka bahkan tetap hidup namun kalian tidak memahami keadaan hidup mereka.” (QS. Al-Baqarah : 154)
Mereka para syuhadā' diposisikan setelah derajat orang-orang yang benar imannya dan sebelum orang-orang shaleh di dalam Al Qur’an. Allah swt. berfirman,
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًاذَٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ عَلِيمًا 

“Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya kelak di Akhirat akan bersama-sama dengan para nabi, orang-orang yang jujur dalam beriman, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih yang telah Allah beri nikmat. Mereka adalah sebaik-baiknya teman. Demikian itu adalah rahmat dari Allah. Cukuplah Allah yang mengetahui perbuatan mereka.” (QS. An-Nisā’: 69-70)

Beliau menambahkan bahwa jasad para syuhadā' masih segar, karena ruh mereka layaknya memakan buah di surga, ini juga yang menyebabkan semerbaknya bau wangi misk. Darah masih segar, janggut tetap tumbuh. Sebagian syuhada yang dua tahun lamanya atau berpuluh tahun bahkan beradab-abad tidak rusak jasadnya dan tidak dimakan oleh mikroba dan cacing tanah.”

Wangi semerbak serasa minyak kesturi juga keluar dari jasad prajurit Al-Qassam, Muhammad Abu Sya’r. Dia termasuk bagian korban serangan bom pesawat Israel. Bau harum itu tercium oleh orang yang menemukannya. Kabar kesyahidannya tersebar ke pelosok masjid.

Para pemuda masjid berbondong melihatnya. Mereka bertahmid, bertahlil dan bertakbir mengangungkan Asma' Allah تعالى atas keajaiban para syuhadā'.

Tenaga medis menceritakan, kami berangkat untuk menolong orang yang luka-luka di sebelah Utara Gaza, ketika itu tentara Israel menembaki sekeliling kaki kami. Kami katakan, “Kenapa kalian melakukan ini, kami bukan tentara, kami tidak bawa senjata apalagi bom.”

Salah seorang tentara Israel berteriak, “Kalian orang Arab, kalian memakai pakaian putih, kalian malaikat, kalian berperang bersama Hamas.”

Ada juga tentara Israel sedang diwawancarai oleh media Israel, ia mengatakan bahwa ia kehilangan penglihatan karena seorang pemuda yang melemparinya dengan segenggam debu. Pemuda itu berbaju putih dan seketika itu buta.

Tentara Israel lainnya menceritakan bahwa mujahidin memberikan perlawanan memancing mereka dalam banyak pertempuran laksana memancing ayam dan itik.

Pengakuan tentara Israel yang lain bahwa ia melihat tentara Israel terluka dan ditembaki dari arah kanan dan kiri. Mereka bingung karena tidak ditemukan dan tidak diketahui dari mana tembakan itu berasal.

Sejumlah wartawan yang meliput perang di Gaza menceritakan, "Kami bersembunyi dari bombardir. Ketika situasi reda, kami dikejutkan oleh seorang yang keluar dari puing-puing reruntuhan bangunan sembari membawa roket, ia salah satu mujahidin pelontar roket yang menghadang kekuatan penjajah. Ia hadir, menyerang dan menghilang, laksana ditelan bumi."

Demikianlah Allah تعالى telah menampakkan ayat-ayatnya, melalui para pejuang yang ikhlas dan taat. Allah pasti selalu memberi perindungan kepada hamba-hamba-Nya yang membela agama-Nya. Janji Allah تعالى datang bersama kesabaran. Allah تعالى tak akan mengingkari janjinya.